Materi tugas kelompok Geo. regional
Kepulauan Nusa Tenggara
Nusa Tenggara atau
Kepulauan Sunda Kecil (sekarang kadangkala digunakan dalam peta-peta geografis dunia), adalah gugusan pulau-pulau di sebelah timur
Pulau Jawa, dari Pulau Bali di sebelah barat, hingga Pulau Timor di sebelah timur. Kepulauan Barat Daya dan Kepulauan Tanimbar yang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Maluku secara geologis juga termasuk dalam kepulauan Nusa Tenggara.
Secara administratif, Kepulauan Nusa Tenggara termasuk wilayah negara
Indonesia, kecuali bagian timur Pulau Timor termasuk wilayah negara
Timor Leste.
Di awal kemerdekaan Indonesia, kepulauan ini merupakan wilayah
Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota
Singaraja, kini terdiri atas 3 provinsi (berturut-turut dari barat): Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kepulauan Nusa Tenggara terletak di Indonesia
bagian tengah yang tersebar sepanjang 2.850 km dari barat ke timur
(1150 49’ BT sampai 134054’ BT) dan 1.450 km dari utara ke selatan
(2036’ LU sampai 110LS). Nusa tenggara
berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari
pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara
berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan
Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan
dibatasi oleh Samudra Hindia Terdapat lima pulau besar yaitu Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dan Sumba. Selain itu terdapat pulau-pulau kecil lainnya.
Kondisi
fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia.
Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu
karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan
tidak memiliki pulau besar, seperti Jawa dan Sumatera.
Asal-usul
kepulauan ini dan proses-proses yang dialami dalam pembentukan
pulau-pulau yang sampai sekarang masih terjadi sangat mempengaruhi
posisi, ukuran, dan bentuk pulau. Sebagian besar pulau-pulau di kawasan
ini, secara geologis, masih sangat muda, umurnya berkisar antara 1-15
tahun dan tidak pernah merupakan bagian dari massa daratan lain yang
lebih besar. Kerumitan kondisi geologi Nusa Tenggara disebabkan oleh
posisinya di persimpangan tiga lempeng geologis yaitu lempeng Asia,
lempeng Australia, lempeng Pasifik dan dua benua yaitu Asia dan
Australia.
Secara
geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini
dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik,
deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi
indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman
magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik
Hamilton (1979).
Pulau-pulau
di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan
perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari
timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen,
Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali.
Kondisi
iklim di Nusa tenggara barat maupun timur tidak mempunyai berbedaan
yang mencolok, hal ini terlihat dengan adanya kondisi alam yang hampir
sama di wilayah tersebut, misalnya terdapatnya padang
rumput yang luas sehingga mempengaruhi iklim yang ada. Selain itu juga
karena wilayah nusa tenggara yang berbentuk pulau-pulau sempit juga
mempengaruhi iklim yang ada disana. Nusa
tenggara tergolong beriklim kering, yang antara lain ditandai dengan
jumlah curah hujan yang sedikit, dan tidak terbagi merata. Selain itu
pada daerah dengan iklim kering ditandai dengan luasnya padang rumput.
Berdasarkan
penyebarannya, maka prosentasi jenis-jenis tanah di wilayah Nusa
Tenggara Timur antara lain terdiri dari tanah Mediteran 51%; tanah-tanah
kompleks 32,25%; Latosol 9,72%; Grumusol 3,25%; Andosol 1,93%; Regosol
0,19% dan jenis tanah Aluvial 1,66% (Sumber Rencana Umum Kehutanan
Propinsi Dati I Nusa Tenggara Timur tahun 1987).
Nusa
Tenggara merupakan kepulauan yang dikelilingi laut dan terletak di
pesisir pantai,hal ini juga akan mempengaruhi kondisi hidrologi. Secara
umum keadaan hidrologi Nusa Tengara sangat bergantung pada curah hujan
setempat. Wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat termasuk pada
perairan laut dalam dengan dasar perairan yang terdiri dari batu karang
dan pasir.Meskipun curah hujan di kabupaten lombok barat relatif rendah,
di wilayah kota ini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan
potensial sebagai sumber mata air permukaan. Sungai yang terdapat di
Propinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya mempunyai fluktuasi aliran air
yang cukup tinggi, pada musim penghujan berair dan banjir, sedangkan
pada musim kemarau berkurang bahkan ada yang tidak berair sama sekali.
Pemanfaatan
lahan untuk pengembangan potensi wilayah kepulauan Nusa Tenggara
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi fisik
lahan yang bervariasi dalam hal topografi, kelerengan, kesuburan tanah
dan pasang surut air. Adapun pemanfaatan lahan di Nusa Tenggara antara
lain untuk pertanian, perhutanan, pertambangan, perkebunan, perternakan,
perikanan, dan pariwisata.
Kondisi Geomorfologi nusa tenggara
Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua
jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah
barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang,
Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca,
Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk
oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan
geantiklinal tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya
membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan Dana,
berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain
merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah
dekat Sunda.
a) Palung Belakang
Di sebelah timur Flores dibentuk
oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebelah utara Flores dan
Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu:
1) Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas
dan dangkal, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan
dangkalan Sunda.
2) Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan
puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan
dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai
utara Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140).
3) Laut Flores
Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang menghubungkan
lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara.
Di
sebelah utara Bali dan Lombok palung belakang ini dibentuk oleh Laut
Bali (lebar 100 km dan dalam 1500 m) ke arah barat dasarnya
berangsur-angsur terangkat sampai bersambung dengan laut dangkal di
selat Madura.
b) Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan
kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara
merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat
dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur.
Struktur umum Lombok
di sebelah utara merupakan zone volkanis dengan volkan aktif Rinjani
(zone Solo), dataran rendah Mataram (subzone Blitar). Di selatan berupa
pegunungan selatan dengan materi kapur Tertier dan breksi volkanis.
Bali
dipisahkan oleh selat Bali terhadap Jawa. Zone di Bali sama dengan
Jawa. Bagian utara merupakan bagian terluas terdiri dari volkan-volkan.
Kuarter yang masih aktif, menunjukkan kelanjutan kompleks volkan muda di
Jawa. Dataran Denpasar yang membentang pada kaki selatan volkan
termasuk sub zone Blitar di Jawa. Dataran ini dihubungkan oleh tanah
genting yang menyempit dengan bukit-bukit kapur Tertier Ulu Watu (213 m)
yang dapat dibandingkan dengan semenanjung Blambangan. Pulau Nusa
Panida (529 m) antara Bali dan Lombok juga terdiri dari kapur Tertier
ini.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang
memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa
teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau
Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada
puncak geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa volkan muda.
Volkan Ngenges, Tambora dan Soromandi menghasilkan batuan leucit.
Sedimen tertier dan batuan kapur alkali disebarkan secara luas di pulau
Sumbawa. Hal ini memberikan gambaran bahwa zone pegunungan Selatan Jawa
terdapat di seluruh pulau Sumbawa dan depresi menengah yang disebut zone
Solo. Teluk Saleh merupakan sebuah depressi terpencil dari zone Solo.
Pulau
Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat Sape. Komodo dan Rinca termasuk
ke dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang terdiri dari batuan
volkanis lebih tua (Tertier) dan intrusi magmatis yang dapat
dibandingkan dengan Pegunungan Selatan Jawa. Volkan-volkan yang lebih
muda muncul di sepanjang pantai selatan Flores Barat. Di Flores Timur
geantiklinal itu berupa sumbu yang tenggelam sehingga batuan volkanis
yang lebih tua dan intrusi granodiorit tidak begitu banyak, serta hanya
terdapat volkan muda yang muncul dibagian puncaknya. Geantiklinal itu
bersambung disepanjang Solor, Adonara, Lomblen dan Pantar, dimana
pulau-pulau tersebut terdiri dari volkan yang aktif. Sumbu itu kemudian
melalui Alor, Kambing, Wetar dan Romang. Di bagian ini busur dalam tidak
memiliki volkan aktif. Pulau-pulau tersebut tersusun dari endapan
volkanis Tertier akhir yang sebagian terdapat di bawah permukaan laut.
c) Palung Antara dengan Sumba
Palung
ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan
punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di
selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu
sebelah utara dan selatan Sumba. Cabang-cabang ini merupakan penghubung
antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur
dan Roti. Lereng yang curam pada Wetar dan basin Sawu serta dasar laut
yang datar menunjukkan adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung
timur dan baratnya dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di
Kisar dan Sumba. Kedua pulau tersebut secara morfologis termasuk zone
palung antara.
d) Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang
termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor.
Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah
permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung
antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu
naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Pulau
sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan mengelilingi
pulau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan
dana-Raijua-Sawu serong terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu
dipisahkan oleh selat Daong. Pulau Roti tersusun dari sedimen terlipat
kuat dan tertutup oleh batu karang kuater yang tingginya 430 m dpl.
Timor merupakan hasil geantiklinal yang lebar. Disamping itu terdapat
depressi memanjang di puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan
Timor Leste dan berakhir di muara sungai Lois.
e) Palung Depan
Antar
pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa terdapat
cekungan dalam utama yang membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450
m. Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah
timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan
Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti
dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor. Palung di
selatan Jawa itu di bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut
yang tidak jelas batasnya melalui Pulau Chrismast menuju dasar laut
yang dalamnya 3000-4000 m. bagian timur palung Timor ini dibatasi oleh
dangkalan Australia atau dangkalan Sahul.
Letak Geografis nusa tenggara
Kepulauan Indonesia terdiri dari beberapa pulau
besar dan beberapa kepulauan kecil. Salah satu dari kepulauan kecil itu
adalah kepulauan yang terdapat di Nusa Tenggara.
Nusa Tenggara terletak di sebelah timur
pulau Jawa dan Bali, dan meliputi
(1) Nusa Tenggara Barat dan
(2) Nusa Tenggara
Timur.
Sebutan
Nusa Tenggara itu baru digunakan pada tahun 1954. Sebelumnya
wilayah ini disebut dengan
Sunda Kecil.
Nusa Tenggara terbagi atas:
-
Nusa Tenggara Barat (NTB), yang meliputi pulau Lombok dan Sumbawa (warna ungu).
- Nusa Tenggara Timur (NTT), yang meliputi tiga pulau besar,
yaitu pulau Flores, pulau Sumba, dan pulau Timor (warna hijau).
Singkatan dari nama ketiga pulau di NTT ini: Flobamor
(Flores-Sumba-Timor), menjadi sebutan khas untuk NTT.
Di Nusa Tenggara Timur sendiri terdapat sekitar 550-an pulau.
Secara geografis, wilayah NTT terletak di antara BB 118° and 125°,
BS 118° and 125°, dan BT 8° and 12°.
Pulau Flores merupakan pulau vulkanis dengan banyak
obyek wisata yang indah. Salah satu yang paling terkenal adalah danau Kelimutu
yang airnya mempunyai tiga warna yang berubah-ubah.
Kata
Flores (dari bahasa Portugis:
cabo da flores) berarti
bunga. Julukan ini diberikan oleh para pengelana dunia dari abad-abad yang lalu,
khususnya untuk menunjukkan keindahan yang terdapat pada pemandangan di dasar laut
seperti karang, ikan, dan biota laut lainnya.
Keindahan ini diperkaya pula oleh keanekaragaman suku, adat-istiadat, bahasa, dan
budaya yang berada pada satu lokasi (pulau) yang kecil (!!).
Di sekeliling pulau Flores terdapat beberapa (sekitar 100-an) pulau kecil, antara lain
pulau Komodo (di sebelah barat) dan pulau-pulau Lomblen, Lembata, Pantar,
Alor dll. (di sebelah timur).
Salah satu kabupaten di pulau Flores adalah Kabupaten Ngada dengan
sebutan akrab "Tana Ngada".
Kabupaten Ngada terletak di sebelah barat pulau Flores.
Kabupaten ini terletak di antara Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Ende.
Kabupaten Ngada terdiri dari beberapa
kecamatan.
Berikut ini adalah peta administratif kabupaten Ngada sebelum ada
pemekaran kabupaten baru (kabupaten Nagekeo)
Nusa Tenggara Timur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
i
Nusa Tenggara Timur |
— Provinsi — |
|
Peta lokasi Nusa Tenggara Timur |
Negara |
Indonesia |
Dasar hukum |
UU 64/1958 |
Ibu kota |
Kupang |
Koordinat |
11º 10' - 7º 30' LS
118º 30' - 125º 20' BT |
Pemerintahan |
• Gubernur |
Frans Lebu Raya |
Luas |
• Total |
48.718.10 km2 (18,810.16 mil²) |
Populasi (2010) |
• Total |
4.683.827 |
• Kepadatan |
96/km2 (250/sq mi) |
Demografi |
• Suku bangsa |
Atoni atau Dawan (21%), Manggarai (15%), Sumba (13%), Lamaholot (5%), Belu (6%), Rote (5%), Lio (4%), Tionghoa (3%)[1] |
• Agama |
Katolik Roma (54.14%), Protestan (34,74%), Islam (9.05%), Hindu (0,11%) Budha (0,01%) Lainnya (1,73%)[2] |
• Bahasa |
Bahasa Indonesia |
Zona waktu |
WITA |
Kabupaten |
21 |
Kota |
1 |
Kecamatan |
186 |
Desa/kelurahan |
2.650 |
Lagu daerah |
Moree |
|
|
Nusa Tenggara Timur adalah sebuah
provinsi Indonesia yang terletak di
tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain
Flores,
Sumba,
Timor,
Alor,
Lembata,
Rote,
Sabu,
Adonara,
Solor,
Komodo dan
Palue. Ibukotanya terletak di
Kupang,
Timor Barat.
Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah
Flores,
Sumba dan
Timor Barat.
Provinsi ini menempati bagian
barat pulau
Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu
Timor Timur yang merdeka menjadi negara
Timor Leste pada tahun 2002.
Arti lambang
Arti lambang Kabupaten Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:
- Berbentuk perisai dengan sudut lima dengan maksud, selain melambangkan makna perlindungan rakyat juga melambangkan Pancasila.
- Dalam perisai terBerkas: bintang, komodo, padi dan kapas, tombak dan pohon Beringin.
- Bintang melambangkan keagungan Tuhan yang Maha Esa, komodo (buaya darat) satu-satunya reptil
prasejarah yang hingga kini masih lestari. Binatang purba ini merupakan
reptil raksasa yang oleh dunia dinyatakan dilindungi karena jenis hewan
ini hanya terdapat di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau komodo. Banyak wisatawan dari seluruh dunia datang ke pulau ini hanya untuk melihat komodo.
- Padi-kapas melambangkan kemakmuran.
- Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan.
- Pohon beringin melambangkan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara.
- Hari terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Timur dilukiskan melalui
jumlah padi (14) dan tahun 1958 tertera langsung pada sudut bawah
lambang.
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Ada Informasi bahwa Kabupaten di Nusa Tenggara Timur bertambah sejak diresmikannya
Kabupaten Malaka
Daftar gubernur
Populasi
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak
2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.357.340 jiwa (
2010). Kepadaan penduduk di
Nusa Tenggara Timur
sebesar 96 jiwa/km2, dengan proseentasi penduduk yang tinggal di
perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami kawasan
pedesaan. Sebagian besar penduduk beragama
Kristen dengan rincian persentase kurang lebih sebagai berikut
Katolik 54,14%
Protestan 34,74%,
Islam 9,05% ,
Hindu 0,11%
Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut agama dan kepercayaan lainnya.
[2]
Nusa Tenggara Timur menjadi tempat perlindungan untuk kalangan Kristen di Indonesia yang menjauhkan diri dari konflik agama di
Maluku dan
Irian Jaya.
Tingkat pendaftaran sekolah menengah adalah 39% yang jauh dibawah
rata-rata Indonesia, yaitu 80.49% tahun 2003/04 (menurut UNESCO).
Minuman berupa air bersih, sanitasi dan kurangnya sarana kesehatan
menyebabkan terjadinya kekurangan gizi anak (32%) dan kematian bayi (71
per 1000) juga lebih besar dari kebanyakan provinsi Indonesia lainnya.
Ekonomi
Menurut berbagai standar ekonomi, ekonomi di provinsi ini lebih rendah dari pada rata-rata Indonesia, dengan tingginya
inflasi (15%),
pengangguran (30%) dan tingkat
suku bunga (22-24%).
Kepulauan
Seperti halnya
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang didominasi oleh
kepulauan, tiga pulau utama di wilayah ini adalah
Flores,
Sumba, dan
Timor Barat.
Sedangkan pulau-pulau lain diantaranya adalah
Pulau Adonara,
Alor,
Babi,
Besar,
Bidadari,
Dana,
Komodo,
Rinca,
Lomblen,
Loren,
Ndao,
Palue,
Pamana,
Pamana Besar,
Pantar,
Rusa,
Raijua,
Rote (pulau terselatan di Indonesia),
Sawu,
Semau dan
Solor.
Formasi Batu di Kepulauan Komodo
Pemandangan dari Labuan Bajo
Batas wilayah
instrumen alat musik
- Sasando, instrumen musik petik dari daerah ini
- Pasola, permainan lempar lembing dari atas kuda
- Nyale, upacara penangkapan cacing laut di pantai
- Padoa
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah
provinsi di
Indonesia. Sesuai dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat
Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah
Lombok yang terletak di barat dan
Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah
Kota Mataram yang berada di Pulau Lombok.
Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari
suku Sasak, sementara
suku Bima dan
Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%).
Arti Lambang
Berlatar belakang perisai sebagai gambaran jiwa pahlawan, lambang
Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 unsur, yakni: bintang, kapas dan
padi, menjangan gunung dan kubah.
- Bintang melambangkan 5 sila dari Pancasila, kapas dan padi selain
melambangkan kemakmuran juga melambangkan tanggal terbentuknya provinsi
Nusa Tenggara Barat, yaitu 14 Agustus 1958.
- Hari tersebut dengan diungkapkan secara simbolik dengan jumlah kuntum dan untaian padi 58.
- Rantai terdiri dari 4 berbentuk bulat dan 5 berbentuk segi empat, melambangkan tahun 45 (1945) sebagai tahun kemerdekaan RI.
- Menjangan merupakan salah satu satwa yang banyak berada di Pulau Sumbawa.
- Gunung yang berasap melukiskan kemegahan gunung Rinjani sebagai gunung tertinggi di Lombok.
- Kubah melambangkan ketaatan beragama masyarakat provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sejarah
Merekonstruksi sejarah Kerajaan
Selaparang
menjadi sebuah bangunan kesejarahan yang utuh dan menyeluruh agaknya
memerlukan pengkajian yang mendalam. Permasalahan utamanya terletak pada
ketersediaan sumber-sumber sejarah yang layak dan memadai.
Sumber-sumber yang ada sekarang, seperti Babad dan lain-lain memerlukan
pemilihan dan pemilahan dengan kriteria yang
valid dan
reliable.
Apa yang tertuang dalam tulisan sederhana ini mungkin masih mengundang
perdebatan. Karena itu sejauh terdapat perbedaan-perbedaan dalam
pengungkapannya akan dlmuat sebagai gambaran yang masih harus ditelusurl
sebagal bahan pengkajlan leblh ianjut.
Agak sulit membuat kompromi penafsiran untuk menemukan benang merah
ketiga deskripsi di atas. Minimnya sumber-sumber sejarah menjadi alasan
yang tak terelakkan.
Zaman Majapahit
Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah kerajaan-kerajaan di
Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui
ekspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343 sebagai pelaksanaan Sumpah
Palapa Maha Patih
Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.
Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan jejak kerajaan Gelgel di
Bali. Sedangkan di
Lombok
dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama
saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di
Timur, Kerajaan Langko di tengah dan Kerajaan Pejanggik di selatan.
Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil,
seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti
Pujut,
Tempit,
Kedaro,
Batu Dendeng,
Kuripan dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka setelah kerajaan Majapahit runtuh.
Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di
Labuhan Lombok.
Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan
mempunyai sumber air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak
dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari
Palembang,
Banten,
Gresik dan
Sulawesi. dan mempunyai senjata yg bernama sundu
Masuknya Islam
Belakangan, ketika Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Rangkesari,
Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri datang mengislamkan kerajaan
Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya
dari
Raden Paku atau
Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja
Jawa Timur dan
Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.
"Susuhnii Ratu Giri memerintahkan keyakinan baru disebarkan ke
seluruh pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim bersama bala tentara ke
Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier
dan Putra Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok dan Sumbawa. Prapen
pertama kali berlayar ke Lombok, dimana dengan kekuatan senjata ia
memaksa orang untuk memeluk agama Islam. Setelah menyelesaikan tugasnya,
Prapen berlayar ke Sumbawa dan Bima. Namun selama ketiadaannya, karena
kaum perempuan tetap menganut keyakinan Pagan, masyarakat Lombok kembali
kepada faham pagan. Setelah kemenangannya di
Sumbawa dan
Bima,
Prapen kembali dan dengan dibantu oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut,
ia mengatur gerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan.
Sebagian masyarakat berlari ke gunung-gunung, sebagian lainnya
ditaklukkan lalu masuk Islam dan sebagian lainnya hanya ditaklukkan.
Prapen meninggalkan Raden Sumuliya dan Raden Salut untuk memelihara
agama
Islam dan ia sendiri bergerak ke Bali, dimana ia memulai negosiasi (tanpa hasil) dengan
Dewa Agung Klungkung."
Proses pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirkan,
hingga beberapa tahun kemudia seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam,
kecuali beberapa tempat yang masih memepertahankan adat istiadat lama.
Sementara di Kerajaan
Lombok, sebuah kebijakan besar dilakukan Prabu Rangkesari dengan memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang atas usul
Patih Banda Yuda dan Patih
Singa Yuda.
Pemindahan ini dilakukan dengan alasan letak Desa Selaparang lebih
strategis dan tidak mudah diserang musuh dibandingkan posisi sebelumnya.
Menurut Fathurrahman Zakaria, dari wilayah pusat kerajaan yang baru
ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar
belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan
sekali sapuan pandangan. Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan
di tengah lautan akan segera dapat diketahui. Wilayah ini juga memiliki
daerah belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata
rapi bertingkat-tingkat sampai
hutan Lemor yang memiliki sumber air yang melimpah.
Di bawah pimpinan
Prabu Rangkesari,
Kerajaan Selaparang berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai
bidang. Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang kemudian
banyak melahirkan manusia-manusia sebagai khazanah warisan tradisional
masyarakat Lombok hari ini. ahli sejarah berkebangsaan Belanda L. C. Van
den Berg menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat memengaruhi
terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual
dalam rekayasa sosial politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998)
menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat Selaparang dan Pejanggik
sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan kemudian dapat menciptakan sendiri
aksara Sasak yang disebut sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi
yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya
banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi atau menyalin manusia Jawa
kuno ke dalam
lontar-lontar Sasak.
Lontar-lontar dimaksud, antara lain Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji,
Rengganis dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan
mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para
walisongo,
seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan
Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin
dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik
Anak Yatim dan sebagainya.
Dengan mengkaji lontar-lontar tersebut, menurut Fathurrahman Zakaria
(1998) kita akan mengetahui prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman
dalam rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan
masyarakatnya. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama
lembar 6 lembar menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau pemimpin,
yakni Danta, Danti, Kusuma dan Warsa.
- Danta artinya gading gajah, apabila dikeluarkan tidak mungkin dimasukkan lagi.
- Danti artinya ludah, apabila sudah dilontarkan ke tanah tidak mungkin dijilat lagi.
- Kusuma artinya kembang, tidak mungkin kembang itu mekar dua kali.
- Warsa artinya hujan, apabila telah jatuh ke bumi tidak mungkin naik kembali menjadi awan.
Itulah sebabnya seorang raja atau pemimpin hendaknya tidak salah dalam perkataan.
Selain itu, dalam lontar-lontar yang ada diketahui bahwa
istilah-istilah dan ungkapan yang syarat dengan ide dan makna telah
dipergunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya kata hanut
(menggunakan hak dan kewajiban), tapak (stabil), tindih (bertata krama),
rit (tertib), jati (utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia)
atau terpi (teratur). Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma
(dermawan), kencak (terampil) atau genem (rajin).
Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali
merasa tidak senang. Gelgel yang merasa sebagai pewaris Majapahit,
melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi
menemui kegagalan.
Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan
cerdik memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan
mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan
sisi barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel menempuh
strategi baru dengan mengirim Dangkiang Nirartha untuk memasukkan faham
baru berupa singkretisme Hindu-Islam. Walau tidak lama di Lombok, tetapi
ajaran-ajarannya telah dapat memengaruhi beberapa pemimpin agama Islam
yang belum lama memeluk agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel untuk
menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal kerajaan
Hindu ini juga mengalami stagnasi dan kelemahan di sana-sini.
Masuknya Kolonialisme
Kedatangan
VOC Belanda ke
Indonesia
yang menguasai jalur perdagangan di utara telah menimbulkan kegusaran
Gowa, sehingga Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara
menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Untuk membendung misi
kristenisasi menuju ke barat, maka Gowa juga menduduki Flores Barat
dengan membangun Kerajaan
Manggarai.
Ekspansi
Gowa
ini menyebabkan Gelgel yang mulai bangkit tidak senang. Gowa dihadapkan
pada posisi dilematis, mereka khawatir Belanda memanfaatkan Gelgel.
Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui perjanjian Saganing pada
tahun 1624 yang isinya antara lain Gelgel tidak akan bekerja sama
dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang
yang dianggap halaman belakang Gelgel.
Akan tetapi terjadi perubahan sikap sepeninggal Dalem Sagining yang
digantikan oleh Dalem Pemayun Anom. Terjadi polarisasi yang semakin
jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka
menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda berhasil mendekati Gelgel,
sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk kembali ke Lombok. Bahkan pada
tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik
bernama Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai
raja muda, semacam gubernur mewakili Gowa, berkedudukan di bagian bara
pulau Sumbawa.
Akhirnya perang antara Gowa dengan Belanda tidak terelakkan. Gowa
melakukan perlawanan keras terutama dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin
yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Sejarah mencatat Gowa harus
menerima perjanjian Bungaya pada tahun 1667. Bungaya adalah sebuah
wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel di Klungkung yang
menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda. Konon Gelgel berusaha
memanfaatkan situasi dengan mengirimkan ekspedisi langsung ke pusat
pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut
gagal.
Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangganya, yaitu
Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru
dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak
permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari
Karang Asem (Bali) secara bergelombang dan mendirikan koloni di kawasan
Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan itu telah menjelma sebagai
sebuah kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang
berdiri pada tahun 1622.
Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul
secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda yang sewaktu-waktu akan
melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena
Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan
yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya
diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan
Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Di balik itu memang ada faktor-faktor lain terutama masalah
perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung selesai.
Hal ini menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di
antara kedua kerajaan serumpun ini atau saling lempar tanggung jawab.
Dalam kecamuk peperangan dan upaya mengahadapi masalah kekuatan yang
baru tumbuh dari arah barat itu, maka secara tiba-tiba saja, tokoh
penting di lingkungan pusat kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang
bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih pendapat dengan
rajanya. Raden Arya Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan
hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik yang dulu (Kerajaan
Pejanggik) berada di Daerah
Pejanggik yang berada di Kecamatan
Jonggat
Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan
Karang Asem
yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula berdasarkan
informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan
menyerang Kerajaan Pejanggik.
Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan
Kerajaan Selaparang karena wilayah tersebut dapat ditaklukkan hampir
tanpa perlawanan, sebab sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini
terjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur dan rata dengan tanah
serta raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.
Selaparang jatuh hanya tiga tahun setelah menghadapi Belanda. Empat
belas tahun kemudian, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi
hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik,
maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau
Lombok setelah sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan
kecil lainnya.
Batas wilayah
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
No. Kabupaten/Kota Ibu kota 1 Kabupaten Bima Raba 2 Kabupaten Dompu
Dompu 3 Kabupaten Lombok Barat Gerung 4 Kabupaten Lombok Tengah Praya 5
Kabupaten Lombok Timur Selong 6 Kabupaten Lombok Utara Tanjung 7
Kabupaten Sumbawa Sumbawa Besar 8 Kabupaten Sumbawa Barat Taliwang 9
Kota Bima Bima Bima 10 Kota Mataram Mataram
Daftar gubernur
Wakil di DPR dan DPD 2009 - 2014
Anggota DPR dari Provinsi Nusa Tenggara Barat
Anggota DPD dari Provinsi Nusa Tenggara Barat
- Prof. Dr. Farouk Muhammad
- Baiq Diah Ganefi, SH
- H.L. Abdul Muhyi Abidin, S.Ag.
- H.L. Supardan Kasiran