Masalah-Masalah dalam Proses Belajar Mengajar
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
dewasa ini banyak masalah yang timbul lebih cepat. Sebelum kita dapat
mengidentifikasi masalah itu, yang pasti tampak cara untuk memperoleh
kejelasan dan hal ini tidak dapat dipisahkan dengan masalah-masalah itu.
Semakin lama masalah itu menjadi sangat komplek. Juga dalam
masalah-masalah itu selalu terjadi perubahan terutama masalah-masalah
yang berkaitan dengan pendidikan.
Di
era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan
belajar dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu
pendidikan meningkat, hal ini dilakukan karena majunya pendidikan
membawa implikasi meluas terhadap pemikiran manusia dalam berbagai
bidang sehingga setiap generasi muda harus belajar banyak untuk menjadi
manusia terdidik sesuai dengan tuntunan zaman.
Berhasilnya
suatu tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar mengajar
yang dialami oleh siswa seorang guru dituntut untuk teliti dalam memilih
dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan
kurang hubungan komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan
siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum.
Untuk
lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat
dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pengajaran sehingga dalam
perbaikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku
pengelola kegiatan siswa, guru juga diharapkan membimbing dan membantu
siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah-Masalah dalam Proses Belajar Mengajar
1. Definisi Masalah Belajar
Banyak
ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1965)
mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain. Ingin atau
perlu dihilangkan. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah
sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Anita E., Woo
Folk (1995) mengemukakan belajar adalah proses perubahan pengetahuan
atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi
melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Gagne (1984: 77) bahwa “Belajar adalah suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari
definisi masalah dan belajar, maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut:
“Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi dirinya.[1]
a. Masalah-Masalah internal belajar
Dalam
interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan
belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan
aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Aktivitas belajar
dialami oleh siswa sebagai suatu proses yaitu proses belajar sesuatu.
Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari
perlakukan siswa terhadap bahan belajar.
Proses
belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi
atau tidak belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah.
Masalah intern belajar juga siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka
ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati
oleh siswa yang berpengaruh para proses belajar siswa.[2]
1) Faktor Jasmaniah
a. Faktor kesehatan
Sehat
berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/
bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
b. Cacat Tubuh
Cacat
tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna
mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi
belajar.
2) Faktor Psikologis
a. Inteligensi
Intelegensi
besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Dalam situasi yang
sama, siswa yang berintelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada
mereka yang berintelegensi rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai
tingkat inteligensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.
Hal ini disebabkan karena belajar adalah proses yang kompleks dengan
banyak faktor yang mempengaruhinya, siswa yang mempunyai tingkat
inteligensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia
belajar dengan baik. Jika siswa memiliki inteligensi yang rendah, ia
perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
b. Perhatian
Untuk
dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, sebab jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian bagi siswa, maka timbullah kebosanan sehingga ia
tidak lagi suka untuk belajar. Pemusatan perhatian tentu supaya tujuan
pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
c. Minat
Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati, seseorang diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa senang.
Minat
besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik bagiannya. Ia
segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran
itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa menambah kegiatan belajar.
d. Bakat
Bakat
adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang
berbakat mengetik. Misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan
lancar dibandingkan dengan orang yang kurang atau tidak berbakat
dibidang itu.
Dari
uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika
bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya
ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
e. Motif
Motif
erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam
menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/ pendorongnya.
Dalam
proses belajar mengajar haruslah diperhatikan apa yang mendorong siswa
agar dapat belajar dengan baik/perhatian, mempunyai motif untuk berpikir
dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan/ menunjang belajar.
f. Kematangan
Kematangan
adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang. Dimana alat-alat
tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Anak yang sudah
siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.
Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).[3]
g. Rasa percaya diri siswa
Rasa
percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat
adanya pengajuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa
unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui
oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin siswa sering mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan
meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa
lemah percaya dirinya.
h. Kebiasaan belajar
Kebiasaan-kebiasaan
belajar siswa akan mempengaruhi kemampuannya dalam berlatih dan
menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk
tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak
teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk
bergensi, datang terlambat bergaya pemimpin. Kebiasaan-kebiasaan
tersebut dikarenakan oleh ketidakpengertian siswa dengan arti belajar
bagi diri sendiri.[4]
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan
pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kebiasaan, sehingga
minat dan timbul kecenderungan untuk membaringkat tubuh.
Kelelahan
rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini
sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit
untuk berkonsentrasi, seolah-olah itak kehabisan daya untuk bekerja.[5]
b. Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses
belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses
belajar juga dapat terjadi, atau menjadi tambah kuat, bila didorong oleh
lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat
bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran
sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor ekstern
belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor
ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor ekstern
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru
adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi
yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda
generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang
tumbuh menjadi penyandang profesi bidang study tertentu. Sebagai
seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi
masalah pengembangan diri, pemenuhan hidup sebagai manusia. Dengan
penghasilan yang diterimanya setiap bulan ia dituntut berkemampuan hidup
layak sebagai seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut
sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Guru juga menumbuhkan
diri secara profesional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi
guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi,
dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang
hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan keberhasilan
guru membelajarkan seorang siswa.
2) Prasarana dan sarana pembelajaran
Prasarana
pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah
raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas
laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lainnya.
Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya prasarana
dan sarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang
baik. Justru disinilah timbul masalah-masalah bagaimana mengelola
prasarana dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar
yang berhasil baik.
3) Kebijakan Penilaian
Kebijakan
penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil
belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan
unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan
terjadilah penilaian pelaku aktif dalam belajar dalam siswa. Hasil
belajar juga merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran.
Pelaku aktif pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognotif, efektif dan psikomotor. Hasil
belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat
nasional. Jika digolongkan lulus maka dapat dikatakan proses belajar
siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara. Jika digolongkan
tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar
ulang bagi guru.[6]
4) Kurikulum
Kurikulum
diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu, jelaslah
bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
5) Metode Mengajar
Metode
mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa
yang tidak baik pula. Akibatnya siswa malas atau kurang semangat dalam
proses belajar.[7]
c. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Pada garis besar nya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
1) Faktor-faktor internal, antara lain:
a) Fisiologis
b) Psikologis
2) Faktor eksternal
1) Sekolah
2) Lingkungan.[8]
2. Masalah-Masalah Mengajar
Mengajar
sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak cukup,
tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak
langsung harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari
etika, budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru
bukan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa,
melainkan guru sebagai fasilitator, teman dan motivator. Oleh karena
itu, pengajaran minimal harus dipandang sebagai suatu proses sistematis
dalam merencanakan, mendesain, mempersiapkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif dalam jangka
waktu yang layak.[9]
Seorang
desainer yang terampil, pada kenyataannya memiliki perencanaan yang
baik. Suatu strategi maupun seperangkat prinsip-prinsip dan
teknik-teknik yang digunakan bila diperlukan. Konsekuensinya desainer
tidak akan memperbaiki proses desain sistem begitu saja, seolah-olah
hanya terdapat satu pendekatan satu saja untuk hal tersebut. Walaupun
demikian kemampuan mendesain itu hanya dimiliki setelah seorang
mempunyai pengalaman di dalam mendesain bermacam-macam sistem belajar.
Berdasarkan
pengalaman guru di lapangan. Masalah-masalah yang timbul di dalam
pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Masalah pengarahan
Di
waktu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses
belajar-mengajar, kebanyakan guru kurang memiliki keterampilan dalam:
a. Berorientasi kepada tujuan pelajaran.
b. Mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa.
c. Memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus.
d. Menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
e. Merumuskan tujuan instruksional jelas.
Keadaan
ini mengakibatkan secara jelas terhadap tujuan mempelajari materi
tersebut, mereka tidak mendapat kepuasan dalam menerima pelajaran, siswa
menyadari bahwa tujuan pelajaran yang diberikan guru tidak relevan
dengan kebutuhannya tidak bermakna bagi kehidupannya di kemudian hari.
2) Masalah evaluasi dan penilaian
Guru dalam tugasnya untuk merencanakan, melaksanakan evaluasi dan menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a) Guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak jelas
b) Prosedur evaluasi tidak jelas
c) Guru tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif.
d) Kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam.
e) Guru kurang menguasai teknik-teknik evaluasi.
f) Guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan umpan balik.
Dengan
evaluasi yang semacam itu siswa yang menerima evaluasi tidak puas.
Mereka tidak mengerti arti angka-angka yang diterimanya. Guru juga tidak
mengetahui apakah muridnya sudah mempelajari materi pelajaran yang
diberikan atau belum. Guru tidak mengerti bahwa pada siswa sudah ada
perubahan tingkah laku, sebagai pengaruh pengajaran yang diberikan atau
tidak.
3) Masalah isi dan urut-urutan pelajaran
Dalam
membuat perencanaan pengajaran, yang kemudian akan dilaksanakan dan
dievaluasi, guru dalam menyusun isi dan urutan bahan pelajaran menemukan
masalah sebagai berikut:
a. Guru kurang menguasai materi
b. Materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan
c. Materi yang diberikan sangat luas
d. Guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang tersedia
e. Guru kurang terampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran.
f. Guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang diberikannya.
g. Guru kurang mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi pelajaran yang diberikan.
4) Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran
Agar
guru dapat menyajikan bahan pelajaran dengan menarik dan berhasil, maka
perlu menguasai beberapa teknik sistem penyajian. Juga dapat memilih
siswa penyajian yang tepat untuk setiap materi tertentu yang akan
disajikan, ataupun dapat membuat variasi dalam menyajikan bahan
tersebut. Namun dengan demikian dalam pengamatan pelaksanaan pengajaran
itu para guru menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Guru kurang menguasai beberapa siswa penyajian yang menarik dan efektif.
b. Pemilihan metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi pelajaran.
c. Kurang terampil dalam menggunakan metode
d. Sangat terikat pada satu metode saja
e. Guru tidak memberikan umpan balik pada tugas yang dikerjakan siswa.
5) Masalah hambatan-hambatan
Dalam pelaksanaan pengajaran guru kadang-kadang menemui banyak hambatan, diantaranya ialah:
a. Banyak guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
b. Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak sama.
c. Guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang kurang.
d. Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah
e. Keadaan sarana yang kurang
f. Guru kurang mampu dalam menguasai bahasa Inggris.
Dengan
menemukan hambatan-hambatan itu dalam pengajaran menjadi kurang lancar.
Guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan proses belajar mengajar
agar hasilnya efektif dan efisien. Begitu juga siswa sendiri kurang
bersemangat untuk mendalami setiap bagian pengetahuan yang diperolehnya
di bangku sekolah.[10]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
v Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan
menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan.
v Masalah-masalah internal belajar
Terdapat tiga faktor, yaitu: 1. Faktor jasmani, 2. Faktor psikologis dan 3. Faktor kelelahan.
v Faktor-faktor eksternal belajar
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Kurikulum
5. Metode mengajar
v Masalah-masalah mengajar
Masalah yang dihadapi guru adalah sebagai berikut:
1. Masalah pengarahan
2. Masalah evaluasi dan penilaian
3. Masalah isi dan urut-urutan pelajaran
4. Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran
5. Masalah hambatan-hambatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://samadaranta.wordpress.com/2010/12/28/masalah-masalah_dalam_belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar